Nasib John Stones di Manchester City di Ujung Tanduk: Langganan Meja Operasi Mungkin Akhir Karirnya

Footballshow.xyz -John Stones simbol loyalitas dan dedikasi di Manchester City. Sejak tiba dari Everton pada 2016, dia telah menjadi bagian penting dari era keemasan The Citizens.
Enam gelar Premier League, performa luar biasa di Liga Champions, hingga pujian dari Pep Guardiola sebagai bek cerdas paling teknis, sudah pernah dia rasakan. Namun, dalam sepak bola modern, loyalitas dan reputasi kadang tak cukup.
Laporan terbaru menyebutkan, Manchester City akan melego Stones dalam sekejap jika ada tawaran yang masuk. Alasan utama bukan performa, tapi tubuhnya yang kerap tak siap untuk bertarung.
Steven McInerney, pakar Manchester City dari kanal Esteemed Kompany , menegaskan dalam wawancaranya dengan Sports Mole bahwa meski Stones adalah pemain spesial, klub sudah tak bisa lagi menunggu kesembuhannya.
“Jika saja dia hanya mengalami separuh dari cedera yang dia alami, mungkin sekarang kita sedang bicara soal bek terbaik sepanjang sejarah City,” kata McInerney.
Namun kenyataan berkata lain. Musim lalu, Stones hanya tampil 6 kali di Premier League. Dia harus absen lebih dari 30 pertandingan akibat cedera paha, hamstring, dan kaki yang datang silih berganti. Terakhir kali dia bermain adalah saat City kalah dari Real Madrid di Liga Champions pada Februari. Sejak itu, dia absen total.
Stones kini memasuki tahun terakhir dalam kontraknya di Etihad Stadium. Secara teknis, dia masih bisa diperpanjang. Tapi secara praktis? City tak bisa terus mempertahankan pemain dengan bayaran lebih dari 250.000 Pounds per pekan hanya untuk menjalani masa pemulihan medis.
Guardiola pun sudah memberikan sinyal. Dia tidak ingin memulai musim dengan empat atau lima pemain yang hanya menghangatkan bangku stadion karena kondisi fisik tak memungkinkan bermain. Sayangnya, Stones kini masuk dalam daftar itu.
Apalagi City kini punya stok bek tengah yang melimpah. Ruben Dias, Josko Gvardiol, Nathan Ake, Manuel Akanji, Vitor Reis, hingga wonderkid Abdukodir Khusanov siap mengisi lini belakang. Menyimpan tujuh bek tengah dalam satu skuad aktif jelas bukan keputusan rasional.
“Kita semua suka Stones, kita tahu dia hebat, tapi ini bukan waktunya untuk sentimen,” tegas McInerney.
Momen-momen indah seperti penampilan heroik di final Liga Champions 2023 tinggal kenangan. Kini, pertimbangannya adalah ketahanan fisik dan efisiensi finansial.
Stones mungkin sangat ingin bertahan, seperti halnya Ilkay Gundogan atau Kevin De Bruyne yang juga sempat ragu hengkang. Tapi, Guardiola sudah menegaskan, pemain yang tidak siap tempur tak punya tempat di skuadnya.
Ini bukan soal kualitas, Stones tetap diakui sebagai bek brilian. "Tapi soal kenyataan tubuhnya tak bisa lagi menahan beban kompetisi,” kata McInerney.
Meski terbuka untuk menjual Stones, City menghadapi tantangan besar, siapa yang mau membeli bek yang jarang fit dan bergaji tinggi? Everton disebut-sebut berminat memulangkan sang pemain. Tapi apakah klub yang tengah berhemat bisa membayar gaji tinggi Stones? Belum tentu.
Klub-klub besar lainnya pun kemungkinan besar enggan berjudi pada pemain berusia 31 tahun dengan rekam jejak cedera kronis. Situasi ini menciptakan pembicaraan yang sangat canggung.
Stones ingin bertahan, klub ingin melepas, tapi tak ada peminat yang cukup serius. Bahkan jika dijual pun, City kemungkinan tidak bisa berharap mendapatkan uang besar dari transfer ini.
Jika tak ada pembeli, opsi pemutusan kontrak atau pinjaman bisa jadi alternatif terakhir. Namun, hal itu hanya akan terjadi jika City benar-benar kehabisan ruang dalam daftar pemain aktif mereka.
Dengan banyaknya talenta baru yang akan didaftarkan, termasuk kebutuhan memenuhi kuota pemain homegrown, keputusan sulit harus dibuat. Ironisnya, Stones adalah salah satu pemain lokal yang paling berpengaruh namun justru dia yang paling mungkin dilepas.
Tidak semua cerita berakhir indah. John Stones bisa saja menjadi legenda Manchester City, dan dalam banyak hal, dia memang layak menyandang status itu. Tapi sepak bola elit tak bisa menunggu pemain yang tak pernah bugar. Sentimen, sayang sekali, bukan strategi juara.
Kini, sang pemain tengah berlatih terpisah di saat rekan-rekannya bertanding di FIFA Club World Cup. Sebuah metafora sempurna untuk situasi yang dia hadapi terasing di tengah keluarga yang masih melaju.
Apakah ini akhir kisah Stones di Etihad? Semua tergantung apakah ada klub yang bersedia mengambil risiko. Jika tidak, maka kita mungkin akan menyaksikan sebuah perpisahan yang sunyi, pahit, dan tak sesuai dengan segala jasa yang pernah dia berikan.
Posting Komentar